Tarif Trump 19%: Daya Saing Industri Komponen Otomotif Akan Diuji

Pasalnya, tarif impor untuk Indonesia itu merupakan yang paling rendah dibandingkan negara-negara lainnya, terutama di kawasan Asean, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri komponen otomotif RI di kancah internasional.
Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Rachmat Basuki mengatakan, ekspor komponen industri otomotif ke AS senilai US$1 miliar sepanjang 2024, nilai ekspor itu terbesar ke-2 setelah Jepang.
Menurutnya, dengan diturunkannya tarif untuk Indonesia sebesar 19%, maka industri komponen Tanah Air mampu bersaing dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. "Kami hanya usul ke Kementerian terkait, kalau bisa tarif ke AS terendah di Asean. Dari 32% ke 19% sudah cukup bagus, dan kemungkinan kita masih mampu bersaing dengan negara Asean lainnya," ujar Basuki kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025).
Lebih lanjut dia mengatakan, industri komponen otomotif telah mengekspor ke lebih dari 100 negara. Terbesar yaitu Jepang, AS, Malaysia, dan Korea Selatan. Sementara itu Uni Eropa, Timur Tengah dan Afrika relatif kecil.
"Selain negara-negara tersebut, kita juga menggalakan ekspor ke Amerika latin dan Karibia yang pasarnya juga cukup besar seperti Brasil, Meksiko dan lain-lain," katanya.
Basuki pun memprediksi jika kinerja ekspor industri otomotif ke AS pada tahun ini akan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. "Kalau dilihat inflasi AS yang terus naik, kemungkinan sedikit di bawah US$1 miliar untuk tahun 2025," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, keputusan ini diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump usai mencapai kesepakatan bilateral dengan Indonesia, menyusul negosiasi intensif antara kedua negara.
Penurunan tarif ini terjadi setelah Presiden RI Prabowo Subianto turun tangan langsung dalam proses perundingan dengan Trump. Keduanya disebut telah menjalin komunikasi diplomatik untuk meredakan ketegangan dagang yang sempat menguat dalam beberapa pekan terakhir.
Trump mengatakan, hasil perundingan ini menguntungkan bagi AS, karena barang-barang ekspor dari Negeri Paman Sam tidak dikenai pajak oleh Indonesia.
"Mereka membayar 19% dan kami tidak membayar apa pun. Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia," ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih mengutip Bloomberg, Rabu (16/7/2025).
Secara regional, tarif 19% terhadap Indonesia menjadi salah satu yang terendah dibandingkan negara Asia lainnya. Produk dari Vietnam, misalnya, kini dikenai tarif 20% setelah sebelumnya mencapai 46%. Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan masing-masing dikenai tarif 25%, sementara Thailand dan Kamboja bahkan harus membayar hingga 36%.
Kinerja Ekspor Komponen Otomotif RI
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor ke AS untuk kategori kendaraan bermotor dan komponen otomotif (HS 87) serta HS 98 (incompletely knocked down/IKD) tembus sebesar US$97,69 juta pada Januari-Mei 2025.
Secara terperinci, ekspor kendaraan dan komponen otomotif yang tertera pada HS 87 sebesar US$97,64 juta, sedangkan kategori HS 98 senilai US$55.593. Dari sudut pandang pelaku industri, emiten komponen otomotif milik konglomerat TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) tengah mengatur ulang strategi, usai Indonesia dikenakan tarif impor 19% dari AS.
Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso mengatakan perseroan tengah berkomunikasi dengan pelanggan di AS untuk membahas dampak tarif.
"Terkait dengan kebijakan tarif resiprokal, saat ini kami masih melakukan perhitungan secara menyeluruh dan berkoordinasi dengan pelanggan kami di Amerika Serikat untuk mencari solusi terbaik," ujar Irianto.
Adapun, strategi DRMA yakni berfokus pada komitmen untuk menjaga kualitas, efisiensi biaya, dan ketepatan pengiriman dalam setiap komponen yang diproduksi.
Perseroan juga melihat peluang ekspor ke AS maupun negara lainnya masih cukup besar. Selain ke AS, DRMA juga telah mengekspor produk lain, seperti auxiliary battery ke Korea Selatan. Ke depan, DRMA akan terus membuka peluang ekspor ke negara lainnya.
"Kami tidak hanya berupaya memperkuat posisi pasar untuk produk yang sudah ada, tetapi juga melihat peluang untuk memperluas pangsa pasar melalui peluncuran produk-produk baru baik untuk otomotif dan non-otomotif di masa depan," katanya.
Kadin Wanti-wanti Industri
Di lain sisi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut industri dalam negeri harus mulai bersiap dengan adanya pembebasan tarif bea masuk atas produk impor dari Amerika Serikat (AS) ke Indonesia.
Wakil Ketua Umum Kadin Perindustrian Saleh Husin mengatakan, besaran tarif 19% yang ditetapkan Trump terhadap Indonesia lebih rendah dibandingkan tarif yang dikenakan kepada negara pesaing utama Indonesia di kawasan, seperti Thailand dan Vietnam.
Menurut Saleh, penurunan tarif AS menjadi 19% memberi peluang bagi produk ekspor Indonesia untuk tetap kompetitif di pasar AS, terutama di sektor-sektor padat karya.
Namun, sambung dia, pengenaan tarif AS ke Indonesia sebesar 19% juga diperoleh dengan menukar (tradeoff) kesepakatan, yakni berupa pembebasan tarif bea masuk atas produk impor dari AS.
“Bagi industri dalam negeri yang selama ini bergantung terhadap bahan baku impor dari AS, seperti elektronik, makanan olahan, dan alkes [alat kesehatan] tentunya akan diuntungkan karena pembebasan tarif dapat menekan harga bahan baku,” kata Saleh kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025).
Meski begitu, Saleh menyebut, pembebasan tarif ini harus membuat industri dalam negeri berlomba dengan produk impor AS yang jauh lebih kompetitif. “Bagi industri serupa di dalam negeri harus siap berbagi pasar dengan produk asal AS tersebut yang semakin kompetitif,” ujarnya.
Risiko Banjir Komponen Impor dari China
Di tengah kebijakan tarif AS, ada juga risiko bahwa industri komponen otomotif Indonesia diserbu komponen impor, terutama dari Negeri Tirai Bambu.
Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai, seiring dengan adanya tarif AS, sangat mungkin produk komponen otomotif murah dari China membanjiri Indonesia.
Menurutnya, melalui inisiatif Belt and Road, China semakin memperkuat infrastruktur perdagangan di kawasan, memfasilitasi aliran barang ke negara-negara mitra, termasuk Indonesia.
"Kebijakan tarif AS dapat mendorong produsen China mencari pasar alternatif, dan Indonesia dengan pasar otomotif yang besar menjadi target menarik yang didukung oleh konektivitas belt and road," ujar Yannes kepada Bisnis.
Alhasil, menurut Yannes, harga yang kompetitif dari produk China berpotensi melemahkan daya saing produsen komponen lokal, terutama jika kualitasnya setara. "Industri dalam negeri bisa tertekan, mengalami kesulitan bersaing, dan bahkan kehilangan pangsa pasar di dalam negeri sendiri," jelasnya.
Alhasil, menurutnya, berbagai upaya yang bisa dilakukan pemerintah yakni dengan memberikan dukungan intensif bagi pelaku industri untuk menembus pasar Asean, Timur Tengah, Afrika, dan negara-negara BRICS melalui promosi aktif, memfasilitasi informasi pasar, dan insentif ekspor.
Sumber : otomotif.bisnis.com/read/20250717/275/1893959/tarif-trump-19-daya-saing-industri-komponen-otomotif-akan-diuji
Lainnya

Prospek Bisnis Komponen Otomotif Nasional pada 2025
Industri komponen otomotif nasional dihadapkan oleh peluang sekaligus tantangan bisnis sepanjang tahun 2025 berjalan. Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor Hamdani Dzulkarnaen Salim menya..... selengkapnya

Tarif Impor AS, Ini Potensi Dampak Industri Otomotif Nasional
Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) memprediksi pengenaan tarif impor baru untuk berbagai barang ke Amerika Serikat berdampak pada industri dalam negeri. Mengingat saat ini ekspor kompone..... selengkapnya

Dongkrak Kinerja Industri Otomotif di 2025 dari Kelesuan, Kemenperin Usulkan Insentif
Menyadari pentingnya sektor otomotif bagi kontribusi ekonomi Indonesia dan tantangan yang dihadapi pada 2025, Kemenperin secara aktif menyampaikan usulan insentif dan relaksasi kebijakan kepada pemang..... selengkapnya

Industri Komponen Otomotif dan Aftermarket Dunia Semakin Diminati
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong pengusaha di Indonesia untuk memanfaatkan peluang yang ada di Industri komponen otomotif dan aftermarket. Pasalnya, industri te..... selengkapnya

Dukungan KBRI Berlin di Automechanika Frankfurt 2024, Jadi Langkah Positif Industri Otomotif Indonesia
Lima perusahaan spare part otomotif asli bikinan Indonesia ikut dalam acara pameran Automechanika Frankfurt 2024 di Am Main Frankfurt, Jerman yang diselenggrakan mulai tanggal 10-14 September 2024. Li..... selengkapnya

Mobil Hybrid Bisa Pangkas 50 Persen Konsumsi BBM
Payung besar untuk memangkas emisi karbon bukan hanya terpaku pada mobil listrik. Beragam pabrikan mobil di Indonesia punya teknologi alternatif untuk mencapai net zero emission. Dengan emisi gas bua..... selengkapnya

Kemendag Dorong Ekspor Produk Manufaktur Indonesia ke Vietnam
Kementerian Perdagangan terus mempromosikan produk unggulan suku cadang Indonesia melalui partisipasi pada pameran otomotif terbesar di Vietnam, yakni Automechanika Ho Chi Minh (AHCM) di Ho Chi Minh C..... selengkapnya

Baterai Motor Listrik Belum ‘Seragam’, Kemenperin Dorong Adanya Standarisasi
Sepeda motor menjadi alat transportasi populer di Indonesia. Jenis kendaraan yang digunakan masih mengandalkan mesin berbahan bakar bensin, sedangkan versi penggerak listrik belum banyak digunakan. ..... selengkapnya

Masuki Era Elektrifikasi, Industri Komponen Nasional Perkuat Daya Saing
Menghadapi era elektrifikasi, industri komponen dalam negeri terus berbenah. Salah satunya dengan meningkatkan daya saing. “Kita melakukan pelatihan untuk menghadapi era elektrefikasi,” ujar Ke..... selengkapnya

Kerjasama JAPIA - GIAMM - PIKKO
Kunjungan kerja Japan Auto Parts Industries Association (JAPIA) , Gabungan Industri Alat-Alat Mobil & Motor (GIAMM) dan Perusahaan Industri Kecil Komponen Otomotif (PIKKO) ke Menteri Perindustrian, Ba..... selengkapnya

Kunjungan KITC Ke 3 Perusahaan Anggota GIAMM
KITC bersama dengan asosiasi komponen otomotif korea melakukan kunjungan kepada 3 Perusahaan anggota GIAMM yang salah satunya PT Selamat Sempurna Tbk. ..... selengkapnya

Bahan Bakar Sintetis (eFuel) Penyelamat Mobil ICE
Bahan bakar sintetis atau eFuel telah menyelamatkan kendaraan pembakaran dalam (Internal Combustion Engine/ICE) dari kepunahan di Eropa dan kemungkinan di seluruh dunia. Lantas apa itu eFuel dan menga..... selengkapnya

Uji Coba BBM Bioetanol
Pemerintah memulai uji coba pasar (market trial) secara terbatas untuk produk bauran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan bioetanol 5% (E5) pada awal Juli 2023. Direktur Jenderal Energi Ba..... selengkapnya

Honda, Suzuki, Yamaha dan Kawasaki Kompak Kembangkan Motor Hidrogen
Empat pabrikan raksasa sepeda motor di Jepang melakukan kerjasama dalam mengembangkan mesin bertenaga hidrogen. Keempat pabrikan tersebut membentuk HySE (Hydrogen Small Mobility and Engine Technology)..... selengkapnya

Mobil Listrik Bisa Menghemat Energi Hingga 80 Persen
Mobil listrik dinilai mampu menghemat energi hingga 80 persen dibandingkan mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Ini merupakan salah satu hasil studi dan riset yang didorong ol..... selengkapnya

Mobil Listrik dan ICE Berjalan Beriringan
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan kendaraan bermotor dengan teknologi pembakaran dalam (internal combustion engine/iCE) alias mobil konvensional masih akan tetap diproduksi di Indonesi..... selengkapnya

Revolusi Industri 4.0 Optimalkan Potensi Indonesia di Sektor Manufaktur
Akselerasi revolusi industri 4.0 yang dicanangkan melalui Peta Jalan Making Indonesia 4.0 terus berjalan. Sektor manufaktur didorong bertransformasi menggunakan teknologi digital di seluruh rantai nil..... selengkapnya